Menjadi manusia
terpelajar merupakan kebanggaan tersendiri dalam jiwa seseorang. Siapa di dunia
ini yang tidak ingin terlihat terpandang? Pasti semua mau. Ali bin Abi Thalib
pernah berkata, barangsiapa yang memiliki harta, maka ia akan menjaga hartanya
itu, tetapi bila ia memiliki ilmu, maka ilmu yang akan menjaganya.
Menjadi orang
yang kaya harta itu memang menyenangkan, akan tetapi orang yang kaya akan ilmu
pasti akan tenang dan tenteram hidupnya. Mungkin memang benar, orang yang tidak
memiliki gelar berderet bisa memiliki banyak harta, namun untuk apa memiliki
harta jika tidak berilmu? Antara ilmu dan harta saling berkaitan satu sama
lain, namun prioritas utama adalah bekal ilmu yang bermanfaat bagi diri dan
orang lain.
Seorang siswa,
murid, maupun mahasiswa memiliki tugas utama, yaitu be-la-jar. Ya. Belajar. Satu
kata penuh perjuangan, tidak hanya sarat akan makna. Tidak serta-merta orang
akan mudah pintar dan cerdas tanpa belajar. Proses belajar itu sendiri pun juga
harus benar. Bagi seorang pelajar yang menyokong dirinya sebagai pelajar
sejati, maka belajar ditengah gulitanya malam pun tak apa. Proses tidak akan
mengkhianati hasil. Uktub bil khair!
Bagaimana perasaan
Anda melihat orang lain dengan seenak jidatnya sendiri mencontek ketika ujian? Kalau
penulis merasa sangat kesal. Budaya seperti itu bukan merupakan budaya yang
mandiri sekaligus tidak pantas dilestarikan. Jadilah pelajar yang mandiri. Jadilah
diri sendiri dengan membawa tabir kelimuan. Ilmu itu memiliki posisi yang
sangat mulia.
Kalau kita
kembali pada masa Rasulullah pertama kali mendapatkan wahyu dari Sang Maha
Ilmu, apa yang dikatakanNya? Iqra! Bacalah! Baca apa, Ya Allah? Membaca dan
menulis pun Rasulullah tidak bisa. Oh my God. Rasulullah memang tidak
bisa membaca dan menulis, tetapi beliau memiliki akal cerdas yang terpelihara. Al-Qur’an
diturunkan untuk orang-orang yang dapat membaca tanda-tanda kekuasaanNya dan
untuk orang-orang mau berpikir.
Selalu orientasikan
pikiran kita sampai ke akhirat. Akhirat memang sesuatu yang ghaib, tapi
nyata. Sangat celaka bila kita tidak mempercayai akan keberadaannya. Ada atau
pun tidak ada di hadapan pelupuk mata, kita tetap harus yakin bahwa akhirat
benar-benar ada. Ilmu bermanfaat yang kita miliki juga akan menjaga kita di
alam kubur nanti. Tak apa jika mengerjakan tugas semalaman penuh, tetapi
ujungnya tidak jadi dikumpulkan. Anggap saja tambah ilmu dan wawasan.
Ketika ada
tugas menumpuk, pikiran sedang bebel-bebelnya, hanya menetap di ujung pena
mentok, stuck, disanalah keimanan terguncang begitu keras. Mencontek adalah
satu-satunya jalan terbaik yang akan aku ambil. Hadeh. Salah kaprah!! Tetap
fokus pada tujuan. Untuk apa kita mencari ilmu? Hanya sampai disini kah perjuangan
kita? Semoga saja tidak. Mencontek hanya akan membohongi diri sendiri yang
hasilnya tentu akan mengkhianati kita dihadapan Allah. Ketika tangan, hati,
pikiran, mata, bahkan jari-jari untuk menulis contekan itu akan membisu
dihadapan Allah ketika diminta pertanggungjawabannya. Hal itu jangan sampai
terjadi.
So,masih mau
mencontek? Be a human stand alone!! klik di sini
Komentar